Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman para Salafusshalih

Karena Omongan Orang

Selasa, 24 Mei 2016

๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ *KARENA OMONGAN ORANG* ๐Ÿ”ฅ๐Ÿ”ฅ



✍Oleh: *Abdullah Zaen, Lc., MA* _hafidzohulloh_ 




Surga, adalah cita-cita setiap insan. Namun tentu jalan menuju ke sana membutuhkan perjuangan berat. Di antaranya adalah dengan berusaha mengikhlaskan karena *Allah* _ta’ala_ segala aktivitas yang kita kerjakan. Sebagaimana perintah-Nya,



“ู‚ُู„ْ ุฅِู†َّ ุตَู„َุงุชِูŠ ูˆَู†ُุณُูƒِูŠ ูˆَู…َุญْูŠَุงูŠَ ูˆَู…َู…َุงุชِูŠ ู„ِู„َّู‡ِ ุฑَุจِّ ุงู„ْุนَุงู„َู…ِูŠู†َ”



Artinya: “Katakanlah sesungguhnya shalatku, sembelihanku, kehidupanku dan matiku hanyalah untuk Allah Rabb semesta alam”. *[QS. Al-An’am (6): 162.]*



Namun sadarkah kita, seringkali kita berbuat sesuatu atau meninggalkan sesuatu hanya karena omongan orang? Padahal bisa jadi sesuatu yang kita perbuat itu jelek dan sesuatu yang kita tinggalkan itu baik.



Ada orang tidak ke masjid, karena khawatir diomongin tetangga sok alim. Ada muslimah tidak pakai jilbab menutup aurat, karena ndak enak diomongin sok suci. Semua itu hanya karena takut omongan orang atau tidak enak dengan komentar orang.



Ketahuilah bahwa omongan orang itu tidak ada habisnya dan keridhaan mereka adalah sesuatu yang mustahil untuk diraih. Sebab apa yang disukai si *A* belum tentu disukai si *B*. Begitu pula sebaliknya. Lebih baik kita mencari ridha Allah yang sudah jelas pasti mungkin dicapai.



Saat Anda menjadi baik, orang yang jahat tidak akan suka. Sebaliknya ketika Anda menjadi jahat, orang yang baik juga tidak akan suka. Mendingan Anda menjadi orang baik.



Satu hal penting yang harus kita ingat, bahwa saat kita meninggalkan kebaikan atau melakukan keburukan; dikarenakan omongan orang, ingat bahwa orang tersebut tidak akan membantu kita kelak di akhirat! Dia tidak akan menolong kita saat masuk neraka. Juga tidak akan membantu kita untuk masuk surga. Jadi untuk apa omongan dia kita pertimbangkan?!



Masih segar dalam ingatan kita kisah *Abu Thalib*; pamanda *Rasulullah* _shallallahu ‘alaihi wasallam_ yang enggan masuk Islam. Tahukah Anda apa yang melatarbelakangi keputusan fatal tersebut? Tidak lain karena kekhawatiran beliau terhadap omongan kaumnya! Dia bersyair,



ูˆَู„ู‚َุฏْ ุนَู„ِู…ْุชُ ุจِุฃَู†َّ ุฏِูŠู†َ ู…ُุญَู…َّุฏٍ … ู…ِู†ْ ุฎَูŠุฑِ ุฃَุฏْูŠุงَู†ِ ุงู„ุจَุฑِูŠَّู€ุฉِ ุฏِูŠู†ุงً

ู„َูˆْ ู„َุง ุงู„ู…َู„ุงَู…َุฉَ ุฃَูˆْ ุญَุฐَุงุฑَ ู…َุณَุจَّุฉٍ … ู„َูˆَุฌَุฏْุชَู†ِูŠ ุณَู…ْุญًุง ุจِุฐَุงูƒَ ู…ُุจِูŠู†ุงً


“Sungguh, aku yakin bahwa agama *Muhammad* adalah agama terbaik di muka bumi ini



Andaikan bukan karena celaan dan khawatir adanya ejekan, engkau akan mengetahui diriku menerima secara terang-terangan”.



*Imam Syafi’i* _rohimahulloh_  berpetuah, “Barang siapa mengira ia bakal selamat dari omongan orang, sungguh ia adalah orang yang tidak waras. Sebab *Allah* saja tidak selamat dari omongan orang. Ada yang mengatai-Nya tiga. Begitu pula *Nabi Muhammad* _Shollallohu 'Alaihi Wassalam_ tidak selamat dari omongan orang. Ada yang mengatai beliau tukang sihir dan orang gila”.



Jadi, anggaplah omongan orang itu bagaikan bongkahan-bongkahan batu besar. Engkau akan rugi bila bongkahan-bongkahan itu engkau letakkan di atas pundakmu. Sebab lama kelamaan pundakmu akan ambruk. Sebaliknya engkau akan beruntung, saat kau tumpuk bongkahan-bongkahan itu di bawah telapak kakimu. Karena engkau akan semakin tinggi berpijak di atasnya.




@  Pesantren *“Tunas Ilmu”* Kedungwuluh Purbalingga, Jum’at, 16 J. Tsaniyah 1437 H / 25 Maret 2016




๐ŸŒSumber: TunasilmuCom


Sumber Grup WA Kajian Ilmiyyah Depok


Silahkan kunjungi satucarajitu.blogspot.com untuk informasi lain yang bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Flag Counter

Most Reading

Sidebar One