Pages

Diberdayakan oleh Blogger.
Memahami Al-Qur'an dan Sunnah menurut pemahaman para Salafusshalih

Islam Menolak Pengultusan Nabi dan Para Ulama

Minggu, 07 Februari 2016


Pengultusan yang dimaksud adalah mampu melindungi dari kemurkaan Allah, menolak azab atau menjamin masuk surga. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hanyalah menjalankan misi risalah, menunaikan amanah yang semua itu sejatinya karunia dari Allah. Hanya Allah semata Dzat yang Mahaesa dalam kerajaan-Nya, Mahakuasa dengan segala kesempurnaan dan keagungan-Nya.



Camkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berikut, dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:



قَامَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – حِينَ أَنْزَلَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ ( وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأَقْرَبِينَ ) قَالَ : ( يَا مَعْشَرَ قُرَيْشٍ – أَوْ كَلِمَةً نَحْوَهَا – اشْتَرُوا أَنْفُسَكُمْ ، لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا بَنِي عَبْدِ مَنَافٍ لاَ أُغْنِي عَنْكُمْ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، يَا عَبَّاسُ بْنَ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ لاَ أُغْنِي عَنْكَ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا صَفِيَّةُ عَمَّةَ رَسُولِ اللَّهِ لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا ، وَيَا فَاطِمَةُ بِنْتَ مُحَمَّدٍ سَلِينِي مَا شِئْتِ مِنْ مَالِي لاَ أُغْنِي عَنْكِ مِنَ اللَّهِ شَيْئًا



“Ketika turun ayat, “Dan berilah peringatan pada keluarga terdekatmu.” Beliau berdiri dan bersabda, “Wahai orang-orang Quraisy -atau ungkapan yang semisal- Tebuslah diri-diri kalian, karena sungguh aku tidak mampu sedikitpun melindungi kalian di hadapan Allah kelak. Wahai Bani 'Abdi Manaf! Aku tidak bisa melindungi kalian sedikitpun di hadapan Allah. Wahai ‘Abbas bin Abdil Mutthalib! Aku tidak bisa melindungi engkau sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Shafiyyah bibi Rasulullah! Aku tidak bisa melindungi engkau sedikitpun di hadapan Allah. Wahai Fathimah binti Muhammad, mintalah dari hartaku sesukamu! Aku tidak mampu melindungi engkau sedikitpun di hadapan Allah kelak.” (HR. Al-Bukhari 2753 dan Muslim 206)



Maka sebagai konsekuensinya, putuslah segala harapan kepada selain Allah. Segala macam peribadahan seperti istighatsah (memohon bantuan), isti’adzah (memohon perlindungan) hanya ditujukan kepada Allah semata, tidak kepada selain-Nya. Inilah hakikat ajaran tauhid, mengesakan Allah dalam segenap ibadah baik secara lahir maupun batin.



Lantas bagaimana dengan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kelak? Jawabannya, syafa’at Nabi di hari kiamat adalah suatu ketetapan yang tidak dapat dinafikan. Akan tetapi, kita memohonnya hanya kepada Allah semata, yakni dengan cara berdoa, “Ya Allah terimalah syafa’at Nabi-Mu untuk kami.” Sebab semua syafa’at adalah milik Allah:



“Katakanlah, Hanya milik Allah semua syafa’at.” (Az-Zumar: 44)



Hanya Allah yang membukakan dan mengilhamkan Nabi-Nya sehingga beliau memberi syafa’at kepada si Fulan dan si ‘Allan.



Maka syafa’at akan diperoleh jika terpenuhi syarat-syaratnya. Yaitu Allah mengizinkan kepada pemberi syafa’at untuk memberi syafa’at, dan Allah ridha kepada pemberi syafa’at serta orang yang diberi syafa’at. Dalilnya firman Allah ta’ala:



“Tiada yang dapat memberi syafa’at di sisi Allah, kecuali dengan izin dari-Nya.” (Al-Baqarah: 255)



“Dan betapa banyak para Malaikat di langit yang syafa’at mereka tidak berguna sedikitpun, kecuali setelah Allah mengizinkan bagi orang yang Dia kehendaki dan Dia ridhai.” (An-Najm: 26)



Alhasil tidak ada alasan lagi bagi kita untuk menggantungkan diri kepada pihak-pihak selain Allah, siapapun dia. Wa billahit tawfiq.



✒_____

Fikri Abul Hasan


🌍 WhatsApp Group

"Al-Madrasah As-Salafiyyah"

Sumber Grup WA Kajian Ilmiyyah Depok


Silahkan kunjungi satucarajitu.blogspot.com untuk informasi lain yang bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
Flag Counter

Most Reading

Sidebar One